NUSANTARA NEGERI REMPAH
Setiap tanggal 17 Agustus, teman-teman Agro pasti sudah tahu
bahwa Indonesia merayakan hari kemerdekaan. Namun, pernahkah terpikir kenapa
bangsa asing, terutama bangsa Eropa, datang dan akhirnya menjajah negeri kita?
Jawabannya ada pada kekayaan alam Nusantara berupa rempah-rempah yang tidak
bisa tumbuh di tanah Eropa. Rempah seperti pala, cengkih, lada, kayu manis,
jahe, dan kunyit saat itu bernilai sangat tinggi, bukan hanya untuk bumbu
masakan, tetapi juga untuk obat, pengawet makanan, hingga kebutuhan ritual.
Bangsa Portugis menjadi yang pertama tiba di Maluku pada
tahun 1512, disusul Spanyol pada 1521, kemudian Belanda pada akhir abad ke-16,
dan Inggris pada abad ke-17. Kedatangan bangsa-bangsa Eropa ini menandai
dimulainya persaingan besar untuk menguasai perdagangan rempah. Bagi mereka,
rempah ibarat emas yang nilainya bisa melampaui logam mulia. Karena itulah,
Nusantara menjadi pusat perhatian dunia pada masa itu.
Rempah-rempah yang sering kita temui di dapur maupun di
sekitar rumah antara lain jahe, kunyit, lengkuas, kencur, lada, cengkih, kayu
manis, pala, bawang putih, bawang merah, kemiri, kapulaga, dan ketumbar. Namun,
dari sekian banyak rempah tersebut, muncul pertanyaan menarik: rempah-rempah
apa saja yang benar-benar asli tumbuh di tanah Indonesia?
REMPAH ASLI INDONESIA
Rempah yang asli tumbuh di Indonesia
adalah pala, cengkih, dan kayu manis. Pala berasal dari Kepulauan Banda di
Maluku, kemudian menyebar ke wilayah Maluku lainnya hingga Sulawesi dan Papua.
Cengkih tumbuh alami di Maluku Utara, terutama di Ternate dan Tidore, lalu
meluas ke wilayah lain seperti Sulawesi, Jawa, dan Sumatera. Sementara itu,
kayu manis (Cinnamomum burmannii)
tumbuh di Sumatera dan Jawa, terutama di daerah pegunungan yang berhawa sejuk,
dan kini menjadi salah satu komoditas rempah utama.
Kondisi alam Indonesia secara keseluruhan memang sangat
mendukung pertumbuhan rempah. Iklim tropis dengan sinar matahari sepanjang
tahun, curah hujan yang tinggi, serta tanah vulkanik yang subur menjadikan
Nusantara kaya akan keanekaragaman hayati. Dari kondisi umum inilah kemudian
muncul pusat-pusat tumbuhnya rempah tertentu, seperti pala yang berasal dari
Kepulauan Banda di Maluku, cengkih dari Ternate dan Tidore di Maluku Utara,
serta kayu manis yang tumbuh alami di Sumatera dan Jawa.
Nilai ekonomi rempah pada masa itu sangat tinggi hingga
membuat bangsa Eropa rela menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkannya. Di
Eropa, harga pala dan cengkih bisa setara bahkan lebih mahal daripada emas.
Rempah-rempah digunakan bukan hanya untuk bumbu, tetapi juga untuk obat,
pengawet makanan, hingga wewangian. Permintaan yang besar dan keterbatasan
sumber menjadikan rempah sebagai komoditas yang diperebutkan. Inilah alasan
utama bangsa Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris berlomba menguasai jalur
perdagangan rempah di Nusantara, bahkan sampai memicu peperangan dan perebutan
wilayah demi mengendalikan komoditas berharga tersebut.
BUDIDAYA
REMPAH ASLI INDONESIA
Kalau teman-teman tertarik untuk membudidayakan rempah asli
Indonesia, ada tiga yang bisa jadi pilihan utama: pala, cengkih, dan kayu
manis. Pala biasanya ditanam di lahan gembur dengan drainase baik, dan pada
fase awal butuh naungan agar bibit tidak mudah kering; pohon ini baru mulai
berbuah setelah berusia 7–9 tahun. Cengkih cocok di tanah gembur dan lembap,
dengan perawatan berupa pemangkasan cabang serta penyiangan gulma; bunga
dipanen ketika masih berupa kuncup berwarna merah muda. Sementara itu, kayu manis
tumbuh baik di daerah perbukitan dengan tanah vulkanik yang sejuk; perawatannya
menjaga kelembapan tanah, dan panennya dilakukan dengan mengupas kulit batang
setelah pohon cukup tua. Hingga kini, ketiga rempah ini tidak hanya bernilai
ekonomi tinggi, tetapi juga tetap menjadi bumbu dapur sekaligus bahan obat
tradisional yang lekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Dari sejarah
panjang hingga manfaatnya di masa kini, rempah bukan sekadar komoditas,
melainkan bagian dari identitas Nusantara yang patut kita lestarikan dan
banggakan bersama.
Kepoin
juga versi ringkasnya di Instagram Agro Fun Fact bulan ini, ya!
(https://www.instagram.com/p/DNw8IifwuSJ/?utm_source=ig_web_copy_link&igsh=MzRlODBiNWFlZA==)
REFERENSI:
- Hakim, L. (2015). REMPAH DAN HERBA KEBUN PEKARANGAN RUMAH
MASYARAKAT: Keragaman, Sumber Fitofarmaka Dan Wisata Kesehatan-Kebugaran.
- Kementerian Pertanian. (2015). Budidaya jahe, kencur, kunyit, dan
temulawak. Kementerian Pertanian.
Komentar
Posting Komentar